Website Resmi Dinas Pangan dan Pertanian Kota Pangkalpinang

Pertanian Urban Pangkalpinang: Nanas Unggulan, Urban Farming Jadi Solusi Minim Lahan

0

BANGKAPOS.COM, BANGKA – DISPAPER –  Di tengah derasnya arus urbanisasi dan maraknya alih fungsi lahan, sektor pertanian di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, masih menunjukkan daya hidup yang kuat. Sebanyak 480 petani aktif yang tergabung dalam 48 kelompok tani tersebar di berbagai kelurahan, tetap konsisten mengelola lahan pertanian meski dalam skala terbatas.

Menurut Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pangan dan Pertanian Kota Pangkalpinang, Eri Haryono, komoditas yang paling mendominasi di Pangkalpinang saat ini adalah nanas. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Selain cocok dengan kondisi lahan, nanas juga relatif lebih adaptif terhadap keterbatasan air dan minimnya luas lahan produktif di wilayah perkotaan. “Untuk tanaman pangan seperti padi dan jagung pipil, Pangkalpinang tidak memiliki proyeksi karena tidak terdapat lahan yang masuk kategori lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Sebagian besar wilayah sudah berubah fungsi menjadi permukiman dan fasilitas publik,” jelas Eri kepada Bangkapos.com, Selasa (8/7/2025).

Menanggapi keterbatasan lahan, Pemerintah Kota Pangkalpinang mulai mengembangkan program pertanian perkotaan (urban farming) sebagai alternatif yang lebih adaptif. Beberapa program yang telah berjalan di antaranya adalah budidaya hidroponik dan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang menyasar rumah tangga, sekolah, hingga komunitas lokal.

“Urban farming menjadi jawaban atas keterbatasan lahan. Kami mendorong masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan sistem tanam yang efisien, baik hidroponik maupun vertikultur. Ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan keluarga, tapi juga berpotensi menjadi sumber penghasilan tambahan,” ujarnya.

Dalam mendukung para petani, terutama skala kecil dan pemula, dinas juga memberikan bantuan sarana produksi pertanian (saprodi), meliputi bibit, pupuk, serta pelatihan teknis yang bertujuan meningkatkan kapasitas petani. Selain itu, kelompok tani difasilitasi untuk mendapatkan akses pasar dan pendampingan.

“Pelatihan menjadi kunci. Kita tidak hanya memberikan bantuan fisik, tapi juga edukasi. Harapannya, petani bisa mandiri dan memiliki daya saing di tengah tantangan zaman,” tambah Eri.

Meski demikian, tantangan terbesar yang dihadapi sektor pertanian di Pangkalpinang adalah alih fungsi lahan.

Pesatnya pembangunan infrastruktur dan perumahan membuat luas lahan pertanian kian tergerus. Sayangnya, hingga saat ini belum ada regulasi spesifik yang secara ketat melindungi lahan pertanian produktif dari konversi fungsi.

“Kita terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga sisa lahan yang ada agar tetap bisa dimanfaatkan, meski memang tantangannya besar di kota seperti ini,” ucap Eri.

Dalam lima tahun terakhir, tren luas lahan pertanian cenderung menurun, seiring derasnya arus urbanisasi. 

Namun, melalui pendekatan inovatif seperti urban farming, Dinas Pangan dan Pertanian Kota Pangkalpinang berupaya menjaga denyut sektor pertanian agar tetap hidup, meskipun di tengah himpitan beton dan aspal kota. (Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah) .
Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar

Leave A Reply

Your email address will not be published.